Jumat, 29 Juni 2012

Sejarah Penulisan Al - Qur'an

Penulisan Al Qur'an sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW masih hidup. Terdapat beberapa orang sahabat yang senantiasa mengikuti Rasulullah SAW sebagai dan berperan dalam menuliskan setiap wahyu yang disampaikan Jibril as kepada Rasulullah SAW. Salah satunya Anas Bin Malik.

Semua ayat tersebut disimpan dalam bentuk sahifah (pelepah kurma atau kulit hewan) dan tanpa urutan. Beberapa sahabat lainnya ikut menyalin dari sahifah yang sudah ditulis dari Tangan Pertama.

Pada masa Khalifah Abu Bakar ra, atas permintaan Umar Bin Khattab ra, seluruh sahifah baik dari tangan pertama ataupun yang berstatus salinan dan tercecer di seluruh pelosok Negeri dikumpulkan di satu tempat, dalam hal ini disimpan di rumah putri Umar Bin Khattab ra.


Pada masa kekhilafahan Umar ra, seluruh penghafal qur'an yang masih hidup dikumpulkan untuk mentashih (mengurutkan ayat al quran dari awal hingga akhir - didasarkan pada urutan muraja'ah (mengulang hafalan) yang dilakukan Rasulullah SAW setiap bulan Ramadhan di hadapan Jibril yang ditugaskan Allah SWT untuk melakukan pengecekan hafalan Rasulullah SAW). Kemudian dari semua sahifah yang terkumpul dipilih dan dikodifikasi menjadi satu set lengkap, disaksikan oleh semua hafidz qur'an yang terpercaya, dan sisanya dimusnahkan untuk menghindari Fitnah dan persengketaan di kemudian hari.

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan ra, barulah penulisan ulang (didasarkan pada kumpulan dan urutan sahifah yang disimpan di rumah Zainab binti Umar - Istri Rasulullah SAW dan Putri Umar) seluruh ayat al qur'an untuk kemudian dibukukan dalam bentuk mushaf Utsmani dilakukan.

Penulisah tidak dilakukan oleh Utsman bin Affan ra, namun dilakukan kembali oleh Anas Bin Malik dan sahabat utama lainnya yang disebut sebagai komite penulisan Al Qur'an. Dibuat beberapa kopi disebarkan ke negeri-negeri Islam di seantero wilayah Islam Kekhilafahan Islamiyyah (dalam hal ini terdapat lebih dari satu Al Qur'an tertua yang ditulis pada masa yang sama). Setelah perapihan dan penusunan Mushaf selesai, seluruh Sahifah dimusnahkan dengan disaksikan oleh seluruh Hafidz Qur'an di masa tersebut. Pemusnahan dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya fitnah di kemudian hari terkait pemilikan sahifah dan status waris yang mengikutinya

Beberapa kopi tulisan asli Qur'an awal tersebut masih tersimpan dengan rapih dan dalam kondisi sangat terawat. Diantaranya di Madinah (Museum Al Qur'an sekaligus Pusat Penerbitan Al Qur'an), Turki (Museum Kekhilafahan Islamiyyah).

Karena struktur tulisan Al Qur'an awal tersebut sangatlah sederhana, tanpa harakat/tanda baca, maka atas ijtihad ulama Tabi'in diberikan tanda baca agar metoda pembacaan menjadi seragam di seluruh pelosok dunia, sekaligus menyederhanakan metoda pembacaan menjadi hanya 7 metoda pembacaan yang sah (dikenal sebagai Qira'ah As Sab'ah)

Sehingga berita terbakarnya mushaf tulisan tangan Khalifah Utsman, diragukan keabsahannya. Namun tidak tertutup kemungkinan yang terbakar adalah Al Qur'an tulisan tangan seseorang yang bernama Utsman. Karena di seantero negeri ini (Indonesia), banyak didapati Al Qur'an tulisan tangan Ulama Lokal maupun Internasional peninggalan masa lampau (Sebagian besar disimpan dan di Rawat di Museum Mushaf Al Qur'an - TMII).

Mohon ma'af bila ada yang salah, silakan disampaikan koreksi.

Wallahua'lam.
R Noorahmat Pudyastomo