Rabu, 07 November 2012

Rasa Benci Dapat Berpengaruh Negatif Pada Otak

Tanpa sadar, kita memelihara kebencian hingga suatu hari rasa itu bertunas menjadi dendam. Selain menimbulkan rasa tak nyaman, faktanya, menurut para peneliti, seperti yang dilansir dari dailymail, berada di dekat orang yang kita benci juga bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan otak.

Para peneliti dari University of Southern California, mengungkapkan bahwa bergaul atau berdekatan dengan seseorang yang menyebalkan atau tidak kita sukai, pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi otak.


Mengapa demikian? Selama kita sibuk memperhatikan kelakuan orang lain, seperti bergerak dan lainnya, pada akhirnya akan menimbulkan efek pencerminan terhadap otak, dengan kata lain otak akan merekamnya. Demikian seperti yang dijelaskan peneliti. Namun, rasa benci membuat proses pencerminan itu sedikit tidak akurat. Misalnya, Anda akan berpikir orang itu bergerak lebih lambat daripada apa yang sebenarnya dilakukan.

Berbagai penelitian sebelumnya juga telah menyebutkan bahwa kesamaan fisik berpengaruh pada proses otak. Selain itu, manusia juga cenderung berempati pada orang lain yang mirip dengan mereka.




Untuk meneliti teori ini, peneliti melibatkan para pria yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, pria yang diperkenalkan sebagai pribadi yang sedikit menyebalkan. Kemudian yang lain adalah pria biasa yang mudah disukai karena pikirannya yang terbuka.

Ketika pria memperhatikan kelompok yang tidak disukai, bagian dalam otak mereka yang mengaktifkan sistem 'pencerminan' memiliki pola berbeda atas aktivitas yang dilakukan. Tetapi, perbedaan tersebut hanya muncul saat orang yang menyebalkan ada di depan mereka.

Mona Sobhani, kepala penulis penelitian menyatakan, hal mendasar tentang bagaimana kita memproses rangsangan visual dari pergerakan ternyata dipengaruhi oleh faktor sosial. “Misalnya, hubungan pribadi kita dengan posisi kita sebagai anggota kelompok sosial. Penelitian ini menunjukkan hal penting bahwa faktor sosial sangat mempengaruhi proses persepsi kita,” imbuhnya.

Agar kondisi tubuh dan otak selalu sehat, tidak ada salahnya kita awali hari dengan belajar saling menghargai dan memaafkan.

Sumber